Friday, August 29, 2008

Bandung Di Kala 80-an

Bandung kalo masa sekarang sih udah kayak kota satelit buat Jakarta. Jadi tempat maen buat orang-orang Jakarta waktu wiken. Apalagi kalo pas long-wiken, orang Jakarta bakal memenuhi jalan-jalan dan beraneka ragam pusat belanja di Bandung. Sampai-sampai orang Bandungnya sendiri malas untuk keluar rumah karena jalanan sudah dikuasai oleh turis belanja dari Jakarta.

Itu semua terutama karena Bandung sudah begitu gampang aksesnya dari Jakarta. Jalan darat lewat tol Padalarang cukuplah ditempuh 2 jam saja, tentu saja kalo nggak macet. Travel Jakarta – Bandung udah siap sedia dimana-mana yang berangkat setiap jam, bahkan 1 orang penumpang doang yang naik akan tetap berangkat. Asik nggak tuh, ngga butuh usaha terlalu banyak lagi kan kalo mau jalan-jalan ke Bandung.

Lalu, gimana dengan jaman 80-an?

Hmm... Transportasi Jakarta – Bandung belum semudah sekarang sih. Belum ada jalan tol. Belum ada kereta api eksekutif kelas Argo (Argogede baru ada sekitar tahun 1995). Kalo mau ke Bandung dari Jakarta musti lewat Puncak yang jalannya sempit belak belok dan butuh waktu sampai 4 jam. Atau naik kereta api Parahyangan yang juga makan waktu nggak jauh beda. Jadi Bandung masih bener-bener berasa luar kota banget buat orang Jakarta, kalo mau ke Bandung harus nyiapin bekal secukupnya.


Jalan Pasteur dan Gedung Heritage Bandung di 80-an, beda banget ya...

Tapi walaupun begitu... bukan berarti Bandung nggak punya pengaruh dong di masa 80-an. Bandung tetaplah kota besar terdekat dari Jakarta. Cewek2 Bandung dan sekitarnya nan geulis dan berbakat ikut berkiprah sebagai artis, model, dan penyanyi yang berjaya di 80-an. Dengan perilaku yang masih kental dipengaruhi budaya Sunda, Bandung punya gaya tersendiri di masa 80-an.

Biar lebih lengkap lagi, ayo kita susuri sudut-sudut Bandung pada jaman itu.

Pusat-pusat Belanja dan Hiburan

Tempat yang jadi pusatnya orang Bandung menghabiskan uang untuk belanja pada masa itu tentu saja adalah kawasan Alun-alun dan kawasan Dalem Kaum. Topnya tempat belanja buat semua dah. Toko-toko keren yang jualan berbagai macam kebutuhan berjajar di sana. Mulai dari MM Fashion, Matahari, Robinson, Ramayana semua ada di situ. Bisa dibilang belum ke Bandung kalau belum ke Alun-alun.


Kawasan Dalem Kaum, Pasar Kembang, dan Sarinah Bandung saat sekarang

Kota Kembang tahun 80-an sudah ramai juga. Tapi kawasan Kota Kembang 80-an agak beda dengan Kota Kembang sekarang yang pusatnya orang nyari DVD bajakan. Beda dikit, bersebelahan lah. Kota Kembang itu sebenarnya nama beken sebuah gang yang menghubungkan Jl. Dalem Kaum dengan Jl. Asia Afrika. Di dalam gang itu dipenuhi jajaran toko atau kios. Mulai dari baju, sepatu, tas sampai yang menjual kain pun ada. Siap-siap aja berdesak-desakan kalau lewat sini dan awas copet :D

Itu tempat belanja yang masih seperti pasar dan berderet di pinggir jalan. Pusat perbelanjaan yang jadi satu dalam satu gedung juga sudah mulai ada. Jaman itu tentu saja belum musim yang namanya "Mal", "SuperMal", apalagi "Town Square". Yang baru muncul dan trend untuk nama pusat perbelanjaan adalah "Plaza". Istilah baru yang mulai menggusur istilah "Shopping Center".


Parahyangan Plaza dan Asia Afrika Plaza yang sekarang sudah terbengkalai

Plaza yang ada di Bandung waktu itu antara lain adalah Parahyangan Plaza. Gedungnya sampai sekarang masih ada. Di pojokan jalan antara Jl. Dewi Sartika dan Jl. Dalem Kaum. Dulu di lantai atas gedung itu ada yang namanya Takara Kiddy Land. Kalo sekarang mungkin semacam game master atau dufan mini. Pokoknya selain ada bombom car (bumper car), ada juga Rumah Kaca dan Rumah Hantu yang menarik untuk dikunjungi.

Palaguna Nusantara juga waktu itu sudah ada dan termasuk pusat perbelanjaan yang keren. Atau King’s Shopping Centre. Saya suka banget makan ayam panggang di Queen Fast Food-nya. Hehehe.. Selain itu Asia Afrika Plaza yang berada di Jl. Asia Afrika belokan Jl. Alkateri juga saat itu sempat rame. Ada lift kapsul nya yang terlihat dari luar. Kereeeennnn.. dan pasti banyak orang langsung jadi orang udik kalo liat lift itu :D


Palaguna Nusantara, dulu dan sekarang

Karena masa 80-an adalah masa saya masih kanak-kanak, jadinya saya gak sempat mengalami Lipstick Roller Disco di Palaguna, tempat dugem yang mengharuskan pengunjungnya memakai sepatu roda. Sebenarnya sih bukan dugem-dugem banget kali ya ?! Ada unsur olahraganya juga. Di Asia Afrika Plaza pun ada juga tempat semacam itu, namanya kalo gak salah L.A Discotheque.

Tempat dugem lain yang beken banget buat ajojing di lapanpuluhan adalah Studio East alias SE di Cihampelas. Diskotik SE bisa dibilang barometernya anak gaul Bandung dah. Tempat dugem lainnya apa ya ? Kalau gak salah sih banyaknya di sepanjang Jl. Sudirman dll.

Alun-alun Bandung

Sebagaimana kebanyakan kota yang sudah berdiri sejak lama, pusat kota Bandung adalah Alun-alun Bandung. Meskipun titik nol Bandung yang ditandai dengan tugu "o km" agak bergeser dikit di depan hotel Savoy. Namanya Alun-alun tentu saja adalah tempat lapang hijau berbentuk persegi yang cukup luas di tengah kota. Di kelilingi oleh pusat perbelanjaan, dan Mesjid Agung Bandung di sebelah baratnya. Alun-alunnya selalu ramai dipadati orang jalan-jalan dan pedagang kecil. Ada air mancur dan taman yang sering dipake buat beristirahat selepas jalan-jalan.


Alun-alun Bandung, dulu dan sekarang

Air mancur di alun-alun Bandung itu sempat terkenal dan selalu jadi objek buat foto-foto para pelancong. Makanya jaman itu tukang foto keliling polaroid banyak berkeliaran di situ. Menawarkan jasanya. Hehehe.. tapi gak tau kenapa saya belum pernah foto di situ. Belum narsis-narsis amat kayaknya :D

Alun-alun ini kalau malam, katanya sih, sering dipakai buat yang gak bener juga. Katanya lho yaaa... Soalnya banyak pohon rindangnya disitu. Jadinya kalo malam banyak sudut2 di bawah pohon yang terlindung yang lumayan leluasa buat bercumbu dan seterusnya ;) .... Eh, padahal kan deketan banget dengan Mesjid Agung Bandung ya ? Mmm..

Kosambi dan Cicadas

Kosambi dan Cicadas pada masa itu adalah dua kawasan lain di Kota Bandung yang tak kalah rame selain kawasan Alun-alun. Di Kosambi selain ada pasar tradisional, juga berjejer toko modern seperti Yogja (cikal-bakal Yogya dept. store yang berkembang sampai saat ini di Jawa Barat), kemudian Mama Fashion dan di atas pasar tersebut ada Bandung Theater, sebuah bioskop yang cukup terkenal pada tahun 80-an.

Kalo Cicadas itu adalah kawasan perdagangan untuk kelas menengah ke bawah. Sempat ada Matahari dan Super Bazzaar juga di sana. Daerah ini (sampai sekarang) jadi kawasan padat yang merupakan sumber kemacetan kota karena banyak nya PKL di situ. Ada beberapa bioskop juga di situ seperti Taman Hiburan.

Sebetulnya ada kawasan lainnya juga seperti Sukajadi atau Kiaracondong. Tapi saya tidak begitu kenal dan jarang banget menjajah ke daerah situ (ya iyalah..anak SD ngapain ke sana ?)

Kawasan Braga

Braga, yang sekarang terkenal sebagai kawasan eksotis yang keren buat foto-foto dengan latarbelakang arsitektur kolonial, di masa 80-an malah sedang kehilangan pamor. Menurut ibu saya, Kawasan Braga ini memang paling terkenal sebagai pusat keramaian pada jaman dia masih muda. Itu artinya sekitar tahun 60-70-an. Sementara tahun 80-an sudah mulai sepi, masa keemasannya sudah mulai lewat, kalah oleh kawasan Alun-alun.

Tapi nggak gitu-gitu amat juga sih. Bisa jadi Braga jadi sepi karena segmen pembelinya mulai bergeser. Toko-toko yang ada disitu, antara lain seperti Sarinah, rata-rata adalah tempat belanja kalangan elit kelas menengah atas. Makanya pengunjungnya terbatas, karena jaman 80-an orang belum terlalu jorjoran jadi orang borjuis :D

Toko-toko yang sampai saat ini masih bertahan di Braga sepertinya sama dengan toko-toko saat masa 80-an itu. Sumber Hidangan, Braga Permai atau Canary adalah tempat-tempat yang tidak berubah.

Dago

Dago? Wah.. di jaman 80-an mah isinya masih rumah-rumah tempat orang tinggal. Belum ada yang namanya Bandung Indah Plaza. Apalagi Factory Outlet... Hehehe.. itu masih jauh di masa depan baru-mulai-akan dibangunnya. :D


Aquarius Dago dan Majestic, di jaman 80-an

Dago masa itu memang masih merupakan kawasan permukiman. Belum banyak toko atau tempat komersil seperti sekarang. Yang saya ingat kalau menyebut Dago di 80-an adalah Aquarius, Gelael Dago, Labelle, SMA dan SMAK Dago dan Rumah Sakit Borromeus.

Cihampelas

Naaahh... ini nih yang mulai memperkenalkan dan membesarkan nama Bandung sebagai tempat belanja pakaian murah berkualitas. Tahun 80-an adalah masa kejayaan Cihampelas sebagai pusatnya jeans di Bandung selain Alkateri. Kalo di Alkateri kan lebih banyak menjual kain jeans secara kiloan dan bahan bakunya, nah kalau di Cihampelas ini yang dijual adalah hasil akhirnya. Produk jadi yang dikenal berkualitas baik, harga bagus, dan amat sangat banyak pilihannya. Pantaslah kalo kemudian dikenal oleh banyak orang di luar Bandung dan jadi sentra Jeans Indonesia.

Di tahun 80-an itu toko-toko pakaian sepanjang jalan Cihampelas sudah meramaikan dirinya dengan aneka macam patung superhero sebagai pajangan untuk memikat pembeli. Dari Batman hingga Rambo :D Patung2 itu tampaknya yang bikin kawasan ini semakin unik dan menarik bagi anak-anak muda sebagai tempat belanja sembari jalan-jalan.

Toko fave saya adalah IBC Jeans. Gak tau singkatan dari apa. Bangunannya pake bata-bata ekspos dan rada terbuka. Di sini lengkap banget. Gak begitu mahal juga. Kalau gak salah sih sampe sekarang masih ada. Cuma udah beda konsep kayanya.

Bioskop

Nonton bioskop di jaman 80-an? Pasti ngalamin yang namanya nonton bareng film G-30S/PKI dong. Saya juga. Nontonnya di Bioskop Panti Karya. Bioskop itu adanya di seberang BIP saat ini, dan sudah tinggal kenangan karena berubah wujud jadi tempat jualan donat.

Trus pernah juga nonton di Palaguna dan Dian Theater di kawasan Alun-alun. Ada pengalaman lucu waktu nonton disini. Kalo gak salah nonton Ratapan Anak Tiri. Dan saya malah tidur selama nonton itu. Kebangun karena pintu exit sudah terbuka dan lampu-lampu menyala. Huahaha.. jadi saya gak pernah tahu gimana cerita film itu. Bioskop Palaguna sampai sekarang masih ada. Tempat nonton murah. Tiketnya gak lebih dari Rp. 10.000. Kalo yang namanya Dian Theater sekarang malah udah jadi tempat futsal.


Kondisi Dian dan Dallas Theater saat sekarang

Selain itu ada juga bioskop2 lain yang sempat jadi tempat nonton film di jaman itu. Ada Majestic di Jl. Braga (sekarang jadi AACC dan di awal 90-an jadi tempat diputarnya film-film Inneke). Trus kalau Bandung Theater di Kosambi terkenal buat anak muda karena lokasinya yang gak jauh dari SMA BIP di Jl. Burangrang. Saya sempat nonton Cut Nya Dien di situ. Kemudian ada juga Dallas Theater di Jl. Dalem Kaum dan berberapa bioskop misbar di sekitar Cicadas seperti Taman Hiburan. Ya..karena waktu itu masih di bawah umur, jadi agak-agak jarang juga pergi ke bioskop. Apalagi yang misbar-misbar-an kaya gitu. Belum pernah sama sekali. Sumpah... :D

Taman kota

Mmm..apa ya ? Taman kota masih lumayan banyak dan rindang. Saya masih ingat pernah ke Taman Lalu Lintas waktu saya masih TK. Naek mobil-mobilan dan kereta api mini keliling Taman Lalu Lintas. Trus pernah juga ke Kebun Binatang Bandung di Taman Sari dengan teman-teman sewaktu TK. Yang paling saya ingat adalah teman saya kejebur di kolamnya. Hehehe..

Lainnya ? Taman Maluku tahun 80-an terkenal sebagai ... hihihi... tempat bencong mangkal minta digodain ;) . Pernah beberapa kali lewat dan itu bikin serem. Sampai akhir kuliah sih rasanya bencong-bencong itu masih ada yang berkeliaran juga di situ selain di Jl. Sumatera.

Kolam renang

Hehe.. sebagai pecinta air, kolam renang adalah tempat yang harus dibahas. Ada dua tempat renang yang terkenal dan saya ingat di Bandung jaman 80-an yaitu di Pasundan Plaza dan di Karang Setra. Karang Setra lokasinya di daerah Bandung Utara. Makanya saya agak-agak jarang ke sana karena jauh dari rumah.

Yang lumayan sering saya kunjungi adalah yang di Pasundan Plaza di Jl. Maskumambang (sekarang masuk dan jadi kolam renang Hotel Horison). Kolam renang di Pasundan Plaza ada tiga yaitu kolam anak yang biasa, kolam arus yang air nya hangat dan berputar dan terakhir adalah kolam ombak. Jadi pada jam-jam tertentu bakal ada ombak buatan yang bikin serem sekaligus menantang.

Oh ya, sempat juga tuh ke Pasundan Plaza pas lagi ada acara jumpa fans-nya Julius Sitanggang. Bukan. Bukan saya yang nge-fans sama dia. Saya terlalu kecil buat ngerti tentang lagu-lagu nya Julius yang melow. Tapi kakak saya yang nge-fans sama Julius. Dia sampe speechless waktu berhadapan dan minta tanda tangan langsung di belakang panggung. Huahaha..

Sebenarnya ada yang lain sih seperti kolam renang Centrum di sebelah SMA 5 Bandung atau kolam renang Tjihampelas di Jl. Cihampelas. Tapi saya gak punya memori tentang dua kolam renang itu di lapanpuluhan. Soalnya saya baru berenang di Centrum pas olahraga jaman SMA di tahun 90an.

Kuliner

Makanan? Waduh, agak-agak lupa sebenarnya. Tapi saya masih ingat kalau Martabak San Fransisco di Jl. Karapitan sudah mulai terkenal. Atau Mie Goreng di Jl. Buah Batu. Baso Akung juga sudah terkenal. Tapi bukan yang di Jl. Lodaya seperti sekarang. Waktu saya masih SD, Baso Akung hanya merupakan warung tenda di Jl. Banda dekat GOR Saparua. Terus Soto di Jl. Braga (belakang sebuah kantor) juga waktu itu terkenal. Atau Lontong Kari Gg. Kebon Karet yang sampai sekarang masih ada dan membuka cabang di banyak food court.



Banyak banget sih kalo mau dikorek-korek lagi satu persatu tempat hiburan, belanja, dan makan-makan di Bandung jaman 80-an. Misalnya lagi Jonas Photo juga sudah ada dan mulai terkenal. Berawal dari sebuah rumah di Jl. Batik Jonas, kemudian berkembang dan punya studio di Jl. Banda. Pasar Buku Palasari juga udah rame. Tapi dulu masih berbentuk bangunan pasar dua lantai dengan lantai dari kayu.

Mmm... kayaknya bisa gak habis-habis kalo diterusin. Capek nih. Kalo ada yang mau nambahin dan melengkapi sok lah... :D


Ditulis oleh : Imgar, urang Bandung asli.
Foto2 Bandung masa kini juga hasil jepretan Imgar.
Foto2 Bandung masa lalu diambil dari buku: "Ciri Perancangan Kota Bandung" oleh Djefry W. Dana